Informasi Opini

Mengapa Cinta Menjadi Sebuah Ujian ?

Sesungguhnya memang hakikat cinta itu merupakan hal hal yang baik, dan cinta bersumber dari curahan kasih serta sayang Allah SWT kepada hamba-Nya. Imam al-Ghazali mengungkapkan bagaimana cinta sejatinya dapat dilihat dan dirasakan oleh para pencinta, didalam buku Islam Risalah Cinta dan Kebahagiaan karya Pakar Tasawuf Haidar Bagir dijelaskan, cinta menurut Imam Al-Ghazali hanya dapat dilihat dari akibat yang dihasilkannya.

Para ulama pun sepakat bahwa cinta yang dapat dirasakan adalah cinta yang dapat meruntuhkan kesombongan, sumber kekuatan dan menjadi pusat perhatian, dan cinta juga dapat merubah sifat yang tadinya pelit menjadi dermawan, dan yang tadinya pemarah menjadi pemaaf, Imam Ghazali pun menegaskan bahwa cinta itu memang dapat mendamaikan serta melatih pribadi seseorang menjadi lebih baik lagi.

Cinta itu sebuah anugerah yang sudah disediakan oleh Allah SWT kepada seluruh makhluk-Nya, cinta itu merupakan perasaan yang suci, dan hadirnya cinta pun memang suatu kenikmatan sekaligus ujian dari Allah SWT, tapi mengapa bisa menjadi sebuah ujian bagi hamba-Nya?

Karena pada hakitatnya ujian itu adalah sebuah kasih dan sayang serta keadilan dari Allah SWT untuk hamba-hamba-Nya yang beriman. Allah pun menitipkan hati pada manusia dan hati yang akan membuat manusia itu sendiri merenungkan perasaan yang telah melanda hatinya, dari situ pula kita sebagai hamba-Nya yang diberikan kenikmatan sekaligus ujian ini harus bisa menahan serta mengatur sedemikian rupa cinta tersebut. Agar cinta yang dimaknai anugerah, perasaan yang suci dan kenikmatan sekaligus ujian ini pun tidak menjadi hal yang membuat diri justru bingung dan tidak bisa memaknai cinta dalam perihal baik.

Mencintai secara proporsional. Cintailah apapun itu dengan sekedarnya, karena  Nabi SAW pun pernah berpesan, “Cintailah kekasihmu sekadarnya saja, karena boleh jadi suatu hari nanti dia akan menjadi sesuatu yang engkau benci; dan bencilah sesuatu yang tidak engkau sukai sekadarnya saja, karena boleh jadi suatu hari nanti dia akan menjadi sesuatu yang engkau cintai.” (HR Bukhari).

Tidak hanya selesai disitu, cinta itu juga diibaratkan mata air yang selalu mengalir kesegarannya kepada jiwa yang dahaga. Oleh karena itu, cinta itu selalu terjaga kesuciannya, cinta itu selalu tumbuh berkembang secara baik namun kembali lagi ke– bagaimana manusia merawat cinta itu sendiri. Dr. Abdullah Nashih Ulwan menjelaskan didalam buku cinta dalam pandangan islam bahwasanya cinta itu merupakan perasaan jiwa, getaran hati serta pancaran naluri yang terpaut didalam hati manusia sehingga, biasanya selalu memunculkan semangat yang menggelora dan memperlihatkan wajah yang sangat ceria.

About the author

Chusnul Mutia

Chusnul Mutia

Mahasiswa UIN Raden Mas Said Surakarta dan santri Pondok Pesantren al-Fattah Kartasura.
Impian, menjadi idaman para santri putra.

2 Comments

Click here to post a comment

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.