Beberapa data OCHA yang tercatat di tanggal 14 Januari 2024 ialah terjadinya 413 serangan pemukim Israel terhadap warga Palestina, yang mengakibatkan korban jiwa warga Palestina (41 insiden), kerusakan properti milik warga Palestina (321 insiden), serta korban jiwa dan kerusakan properti sekaligus (51 insiden).
Di sisi lain, ada sekitar 1.200 warga Israel dan warga negara asing yang terbunuh di Israel, termasuk 36 anak-anak.
Dan kemudian dapat dirasakan dan diamati bahwa selama minggu-minggu kematian massal dan dehumanisasi ini—belum lagi 75 tahun sebelumnya—banyak sekali kisah-kisah Palestina yang telah terhapus.
Sehingga penulis bermaksud untuk membuat daftar buku yang dapat berfungsi sebagai pengingat akan kisah-kisah individu dan kemanusiaan yang berharga dari rakyat Palestina, serta sumber daya yang selalu ada bagi semua pembaca yang tertarik untuk terlibat dengan tradisi sastra Palestina yang kaya dan dinamis—baik dalam bidang sastra maupun sastra Palestina.
Untuk melakukan hal ini, penulis mencari sumber dari beberapa penulis yang telah menghubungi beberapa lusin penulis Palestina dan Palestina-Amerika, serta sejumlah penulis lain yang karya dan advokasinya berfokus pada Palestina dan yang sengaja merekomendasikan karya sastra Palestina favorit mereka.
Dan dari puluhan buku yang direkomendasikan, berikut 7 buku yang penulis rasa wajib untuk dipaparkan review umum sebagai buku buku palestina ter-favorit:
1. Men in the sun- Manusia di matahari oleh Ghassan Kanafani (terjemahan Hilary Kilpatrick)
Kumpulan cerita pendek tentang penderitaan warga Palestina yang terlantar. Kisah utama, dan yang terpanjang dalam koleksinya, mengikuti tiga pria saat mereka menuju Kuwait. Ada juga cerita-cerita pendek yang semuanya menggambarkan beberapa aspek dari kesulitan pemindahan dan perampasan. Terjemahan dari bahasa Arab asli sangat sesuai dengan prosa Kanafani yang indah, dan pendahuluan sangat berharga bagi pembaca yang tidak terbiasa dengan konteks cerita.–Nada Elia
2. the journalist poem (oleh Naomi Shihab Nye)
Ada puisi-puisi yang menyayat hati tentang Gaza, seperti puisi yang diceritakan dari sudut pandang bulan, yang memandang ke bawah pada sebidang tanah sempit dan melihat “tidak ada alasan atas kesedihan yang dibuat manusia” dan tidak menyukai “perkelahian akibat ledakan bom.” Ada pula yang lain mengenai Yerusalem, “kota semua orang.” Puisi-puisi yang teguh ini tidak diceritakan dari suara orang-orang yang kalah. Meskipun mereka menderita, mereka adalah suara-suara yang menentang pendudukan dan kekerasan Israel. Itu adalah suara manusia yang tidak mau dibungkam.
3. Memori kelupaan oleh Mahmoud Darwish (terjemahan Ibrahim Muhawi)
Memoar puisi prosa ini menjadi saksi kehancuran akibat pengepungan Israel di Beirut pada tahun 1982 sekaligus mempertanyakan peran ingatan. Dalam buku indah ini, Darwish bertanya, apa peran penyair di masa perang? Bagaimana kita menyelamatkan jiwa di tengah suara roket yang memekakkan telinga?
4. Bab al-Saha atau Passage to the Plaza oleh Sahar Khalifeh (terjemahan Sawad Hussain)
Saya merekomendasikan Bab al-Saha atau The Passage to the Plaza karya Sahar Khalifeh, yang berlatar kota Nablus selama Intifada tahun 1987. Novel ini adalah potret penderitaan, perjuangan yang hidup, kaya, jernih, dan tidak sentimental. , dan kekuatan perempuan Palestina yang hidup di bawah pendudukan militer yang penuh kekerasan
5. Palestina sebagai metafora oleh Mahmoud Darwish (terjemahan Amira El-Zein dan Carolyn Forché)
Palestina sebagai Metafora berfungsi sebagai pintu masuk ke semuanya. Buku ini merupakan serangkaian wawancara panjang dengan Darwish: percakapan dengan seorang penyair Lebanon, seorang kritikus sastra Suriah, tiga penulis Palestina, dan seorang jurnalis Israel. Masing-masing berlangsung di kota berbeda dan setiap diskusi berisi berbagai hal: teori politik, sejarah, memoar, kritik, dan puisi—serta sejarah pribadi Darwish dan hubungannya dengan pembacanya.
6. Meliput Islam; Bagaimana media dan para ahli menentukan cara kita melihat seluruh dunia
oleh Edward Said
Sebagai seorang jurnalis di wilayah pendudukan Palestina pada tahun 2005-2006, buku ini bukan hanya sebuah alat yang berharga, namun sebuah risalah filosofis tentang cara kami memandang orang-orang di Timur Tengah, dan bagaimana hal tersebut dikonfigurasikan ke dalam cara kami melaporkan mereka.
7. Bagaimana Israel Kalah: Empat Pertanyaan oleh Richard Ben Cramer, dan Lobi Israel dan Kebijakan Luar Negeri AS oleh John J. Mearsheimer dan Stephen M. Walt.
Pertanyaan buku ini adalah: mengapa AS mendukung Israel? Dan jawabannya sama rumitnya dengan tanggapan terhadap buku ini, yang sama rumitnya dengan situasi yang terjadi di Timur Tengah saat ini. Bersama-sama, kedua buku tersebut mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang sepertinya jarang ditanyakan—atau dijawab—.
Author ; Nufi Asii Fairuziyah
Add Comment