Opini

Bahasa Arab Itu “Gampang”, Yang Susah Itu Pemikiranmu

Banyak orang disekitar kita, atau bahkan pembaca sendiri pernah mengalami hal yang serupa. Yaitu menganggap belajar bahasa Arab itu susah dan rumit, bahkan sering ketika kita sedang mendalami ilmu bahasa arab namun belum saja kunjung berhasil. Kemudian, hati mengeletuk (baca; berbicara) “mungkin bukan bakat saya untuk belajar dan menekuni ilmu dibidang ini”. Lantas, berkeinginan untuk hijrah dibidang ilmu yang lain. Dan itu terjadi.

Bahkan, tak jarang dari kalangan mahasiswa yang sedang mengenyah pendidikan bahasa Arab di Kampusnya, merasakan hal yang sama. Karena merasa usaha belajarnya, kurang menghasilkan dan memuaskan bagi dirinya. Maka, timbul insecure bahwa dirinya telah memilih jalan yang salah dalam pendidikan. Dan akhirnya memutuskan untuk berhenti kuliah. Sehingga, sedikit dari banyaknya sarjanawan yang mempunyai gelar dan ahli dibidang Bahasa Arab.

Padahal, pakar bahasa Arab sangat dibutuhkan pada era ini. Bahasa Arab telah menjadi bahasa resmi Internasional setelah Bahasa Inggris pada tahun 1973. Di Indonesia, pendidik-pendidik yang mengajarkan ilmu bahasa Arab masih sangat minim. Pentarjih-pentarjih orang-orang barat ketika berkunjung ke Indonesia, bagaikan berlian diantara batu. Mufasir-mufasir kitab berbahasa arab di Indonesia mengkhawatirkan jumlahnya. Akibatnya, disiplin ilmu Arab cenderung stagnan perkembangannya.

Selain, menjadi bahasa utama dalam al-Qur’an, bahasa Arab juga merupakan bahasa yang digunakan dalam memahami isi kitab-kitab klasik (kitab kuning). Sesuai yang tercantum dalam al-Qur’an “Inna anzalnahu qurana ‘arabiyya la’allakum ta’kilun” (QS. Yusuf: 2). Dalam ayat itu juga, memerintahkan kita untuk mempelajari bahasa Arab.

Berawal dari problematika pendidikan diatas, penulis ingin berbagi sedikit tentang tips-tips dalam mempelajari bahasa Arab yang mudah dan merupakan kunci dalam mempelajari bahasa arab. Tips-tips ini lebih konsentrasi pada muhadasah dalam berbahasa arab. Mayoritas orang, dalam mempelajari bahasa Arab memiliki problematika-problematika sebagai berikut:

Berhenti di Tengah Jalan                   

Problem ini sebenarnya sering terjadi oleh seseorang dalam mendalami semua bidang, bukan hanya bahasa Arab yang dianggap rumit. Berhenti ditengah jalan merupakan penyebab utama dari kegagalan seseorang dalam belajar. Bahkan, ketika dihadapkan dengan satu kegagalan sudah putus asa dan menyatakan bahwa dirinya tidak layak mendalami bahasa Arab.

Padahal, sebenarnya ketika seseorang telah merasakan jenuh dan pusing dipertengahan proses, justru itu merupakan tanda bahwa satu langkah lagi untuk menuju keberhasilan. Belajar bahasa Arab itu menunggu kita menemukan titik temu dari bahasa Arab, ketika sudah menemukanya maka akan sangat mudah untuk mengembangkannya.Hanya saja waktu itu berbeda-beda setiap orang. Hanya butuh menguatkan tekad saja, agar semua terasa mudah.

Terlalu lama mencari metode terbaik

Penyakit satu lagi ini adalah subyek sebagai tukang “icip-icip” metode. Ketika menggunakan metode A pikiranya ingin instant dan cepat, maka kemudian hari pindah pada metode B dan akhirnya kita hanya berpindah-pindah metode tanpa mendapatkan hasil yang maksimal. Seperti yang kita ketahui, bahwa metode pembelajaran akan selalu berkembang setiap zaman. Dilihat dari khasanah klasik ada;  matan al-Jurumiyah, al-Fiyah Ibnu Malik dan lainya. Dari khasanah modern ada metode; al ‘Arabiyah baina Yadaika, Durus al-Lughoh al-‘Arabiyah dan lainya.

Maka, problem belajar bahasa Arab itu bukan pada metodenya, namun pada sikap mental kita yang ingin cepat dan instant dalam menggapai keberhasilan. Maka, jalani dan tekuni satu metode hingga tuntas. Karena sebenarnya, tidak ada metode yang terbaik, hanya saja “siapa” dan “bagaimana” metode tersebut diajarkan.

Malas berlatih dan membaca

Belajar ilmu bahasa bidang apapun yang ada di seluruh penjuru, bagaikan belajar berenang. Sebanyak apapun buku referesensi yang telah dilahap, tanpa ada latihan dan percobaan sama saja tak ada gunanya. Berdasarkan analisis penulis, banyak penggiat bahasa Arab yang cerdas, sehingga tak ada kesulitan dalam memahami kaidah-kaidahnya. Namun, terbentur dengan titik jurang; malas berlatih dan enggan mencoba.

Rahasia trik paling mudah adalah ambil kitab kecil, jadikan kitab itu sebagai sasaran latihan anda. Setelah membacanya, “berlagaklah” seperti ahli bahasa Arab. Salah tak masalah. Kemudian, konsultasi pada guru yang anda percaya. Kedua, cari rekaman bahasa Arab. Hafalkan sampai bisa dan pahami sedikit demi sedikit maknanya. Tetapkan komitmen anda menyediakan waktu untuk belajar dalam sehari.

Tidak paham, “kunci rahasia” bahasa arab

Disiplin ilmu bahasa Arab sangatlah luas. Ketika pembaca menyelaminya, kita akan menemukan cabang-cabang; ilmu nahwu, ilmu sharaf, ilmu balaghah, ilmu ‘arud dan Qawaid. Namun, cukup melelahkan otak untuk menguasai semua itu. Maka, penulis ingin berbagi apa saja “kunci rahasia utama” dalam belajar bahasa arab.

Pertama, kuasai kata kunci untuk membedakan jenis-jenis mufradat dalam bahasa Arab. Jika kata itu bukan Isim, maka itu Fi’il. Jika bukan keduanya maka sudah pasti Harf. Isim adalah nama-nama benda, tumbuhan, binatang atau manusia, sedangkan fi’il ialah kata kerja. Dan harf merupakan kata yang tak mempunyai makna kecuali bersandar dengan kata lain.

Kedua, kuasai bentuk tiga huruf. Kebanyakan kata dalam bahasa Arab mempunyai akar kata yang berbentuk dari tiga huruf, missal: Maktab (meja), Maktabah (perpustakaan), katibun (penulis). Semua kata tersebut berasal dari tiga kata yaitu Ka-ta-ba, berarti menulis. Jika, anda menguasai bentuk tiga huruf ini saja, otomatis telah menguasai banyak kata yang lain. lebih rincinya buka kitab Sharaf.

Ketiga, kuasai pemahaman bacaan akhir. Ilmu ini bisa disebut I’rob. Missal kalimat “Akala Muhammadun alkhubza”, jika dibaca “Akala Muhammadan alkhubzu” maka maknanya telah berubah drastis. Mempelajari I’rob cukuplah mudah, kita bisa bermodal empat jenis I’rob yaitu;  Rafa’ (dhamah), Nashab (fathah), Jazm (sukun) dan Jar dibaca (kasrah). Agar lebih spesifik dalam mempelajari I’rob buka kitab al-Jurumiyah.

Terakhir adalah, memperkaya kosa kata. Cukup menghafal lima mufradat dalam satu hari dan komitmen, itu sudah lebih dari cukup untuk menjadi pakar dalam bahasa Arab. Penulis kira dalam belajar bahasa apapun, juga demikian.

About the author

Muslih Udin

Muslih Udin

Mahasiswa IAIN Surakarta, alumnus Ponpes Darussalam Adikarso Kebumen.

Add Comment

Click here to post a comment

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.