Informasi

Belajar dari Bekel Mama: Semangat Wirausaha yang Menginspirasi Santri

 

Berwirausaha tak harus memiliki background pendidikan yang linear. Semua orang bisa melakukan hal demikian cukup berbekal niat dan tekat yang kuat. Masalah kemampuan dan kertampilan semua bisa diasah secara mandiri, tak harus mengenyam pendidikan yang sejalur. Hal ini setara dengan yang disampaikan owner Bekel Mama Kartasura, ibu Eti Kurniawati Fadillah, salah satu wirausahawan lokal di daerah Kartasura. Beliau mengatakan sebenarnya tidak memiliki background pendidikan yang mendukung usahanya. Ia belajar membuat kue, risol, rice bowl dan menu lainnya secara otodidak lewat platform You Tube. Apalagi semasa corona melanda, menambah kesempatan belajar lebih banyak tentang perbakryan.

Saat mulai mempraktikkan ilmu yang didapat, tak jarang ia kerap mengalami kegagalan berkali-kali. Namun Bu Eti mengaku tidak patah semangat, ia terus mencoba hingga keberhasilan datang. Alhasil sekarang beliau sudah mampu mendirikan usaha roti sendiri. Sebelum mendirikan toko roti, beliau hanya menerima pesanan dari rumah saja. Namun setelah mendapatkan tawaran dari sang suami yang pengertian, beliau mulailah menjalankan usahanya di toko tersebut. Toko yang diberi nama Bekel Mama itu berlokasi di perempatan Pucangan dekat dengan Indomaret.

Saat pertama merintis usaha, langkah pertama yang dilakukan ialah menawarkan produknya ke publik. Ibu Eti atau kerap disapa Ibu Fadil itu mulai mengenalkan produknya dibazar-bazar. Pertama kali beliau mengikuti bazar di Solo Square yang kebetulan saat itu sedang ada ulang tahun salah satu lembaga pendidikan ternama. Beliau menawarkan usahanya ke teman-teman dekatnya. Beliau juga membuatkan akun Instagram khusus untuk usahanya, akunya diberi nama @Bekel Mama. Harapanya lewat ikhtiar tersebut, produknya dapat diketahui khalayak umum.

Ternyata usaha tidak menghianati hasil. Benar saja sekarang bu Eti rutin menerima pesanan dari berbagai lembaga seperti sekolahan, masjid bahkan perkantoran. Saat ngobrol bersama kami, beliau mengaku tengah mendapatkan pesanan 200 picis risol untuk acara pernikahan di Masjid Zayed. Beliau juga pernah menerima pesanan kue untuk acara pernikahan mahasiswa. Membuat pesanan sebanyak itu cukup memakan waktu yang lama bukan.

Maka dari itu saat memproduksi pesanan atau jualan, ia meminta bantuan ke karyawannya yang bernama Mbak Dar dan juga Mbak Novi. Kedua karyawanya membantu dengan baik, mereka bekerja semaksimal mungkin. Salah satu karyawannya yakni Mbak Dar mengaku jika ia masih pemula dan juga masih belajar cara membuat kue yang baik. Memang semua perlu belajar dan juga butuh waktu untuk mahir dalam suatu hal.

Saat mulai merintis usahanya bu Eti mengalami berbagai rintangan yang cukup menguras tenaga. Awalnya beliau hanya memiliki akses pemasaran yang terbatas, yakni melalui teman-temannya saja. Namun saat ini strategi marketingnya sudah cukup bagus, Bekel Mama sudah memiliki akun Instagram sendiri. Hal itu akan menambah kemudahan dalam memasarkan produk yang dijual. Selain itu mereka juga terbatas dalam menjual produk. Pertama kali, ibu Eti hanya mampu membuat roti bun. Lalu dikembangkan lagi skillnya sampai bisa menghasilkan roti pisang, rice bowl, roti sus Jepang, risol dan lainnya. Semasa berjualan produknya juga dievaluasi oleh pasar  agar dapat mengetahui produk mana yang banyak diminati oleh pasar. Sehingga Bekel Mama bisa fokus pada produk yang memang laku banyak dipasar. Hal ini juga bisa meningkatkan keefisiensian bahan dan waktu. Ada banyak hal yang dibagikan beliau kepada santriwati.

Santri Al-Fattah belajar banyak tentang strategi marketing, tantangan merintis usaha, cara membuat kue dan lain sebagainya. Tujuannya untuk melatih ketrampilan para santri sehingga mempunyai peluang/bekal untuk mendirikan usaha sendiri. Semua hal yang telah disampaikan bu Eti sebagai owner Bekel Mama dan mbak Dar sebagai karyawan sangat menginspirasi kami para santriwati. Harapanya berawal dari mengikuti pelatihan kecil ini dapat mengingkatkan kesadaran kita bahwa jalan rejeki itu datang dari arah yang tidak disangka-sangka. Selain itu, jurusan kita saat ini bukan menjadi barometer pekerjaan kita dimasa depan. Semua orang bisa berwirausaha, semua orang bisa berbisnis tetapi yang menentukan hanyalah kita, mau tidak memulai dari awal?

 

Author: Maya Haryanti