Salah satu konsep yang sering kali disalahpahami oleh orang-orang adalah jihad. Ketika mendengar kata jihad pasti terfikirkan tentang peperangan, senjata dan kematian bahkan bisa juga muncul fikiran islam radikal. Konsep memahami jihad seperti itu sangat keliru. Jihad adalah bekerja dengan sepenuh hati (Mansur, 1982: 9). Banyak sekali pandangan mengenai pengertian-pengertian jihad tetapi dalam hal ini jihad diartikan sebagai perjuangan melawan kemiskinan.
Jihad seperti apa yang bisa dilakukan oleh santri? Berbicara tentang santri pasti tidak bisa dilepaskan dengan pondok pesantren. Pondok pesantren adalah tempat untuk memberikan pendidikan dan pengajaran serta mengembangkan dan menyebarkan ajaran-ajaran Islam (Nasir, 2005: 80).
Perjuangan yang dapat dilakukan oleh santri pada era sekarang ini untuk memerangi masalah-masalah sosial yang ada terutama kemiskinan yaitu dengan melakukan inovasi-inovasi baru lewat pemberdayaan yang dilakukan oleh santri hal ini disebut dengan jihad sosial. Yang menjadi pokok dalam jihad sosial ini adalah pemberdayaan masyarakat ekonomi kurang mampu.
Terdapat berbagai macam definisi dari pemberdayaan ekonomi dikalangan pakar-pakar. Pemberdayaan ekonomi adalah penguatan pemilikan dari faktor-faktor produksi, penguatan peguasaan distribusi, dan pemasaran, penguatan masyarakat untuk mendapatkan gaji/upahyang cukup, dan penguatan masyarakat untuk memperoleh informasi, baik dari masyaraat sendiri maupun dari aspek kebijakannya (Hutomo, 2000)
Sebagai santri tidak hanya pintar mengaji dan dakwah saja tetapi juga dituntut dapat menjadi penggerak ekonomi umat. Seperti yang kita ketahui pesantren tak hanya sebagai tempat untuk memperoleh pendidikan agama saja tetapi santri juga dipersiapkan untuk memiliki mental dan pengetahuan sebagai bekal hidup di masyarakat setelah keluar dari pondok pesantren.
Di dalam pondok pesantren diajarkan banyak sekali ilmu selain ilmu-ilmu agama mereka juga dibekali dengan kegiatan peningkatan mutu dan kualitas diri seperti bercocok tanam, mengelola ternak, berjualan seperti adanya koperasi dan mini market yang dikelola oleh santri sendiri. Tak hanya itu saja biasanya juga diadakan pelatihan atau workshop untuk menunjang kemampuan santri agar tidak tertinggal.Peantren-pesantren mencoba membekali santri dengan kemampuan-kemampuan praktis yang semakin kompetiif, ke depan pesantren-pesantren semacam itu perlu dikembangkan oleh semua pondok pesantren, bahkan bisa ditambahi variasi-variasi baru yang perlu banyak dikembangkan lagi.
Sangat ironis sekali bila eksistensi pesantren hanya menitikberatkan ke pada ilmu agama saja tetapi melalui pesantren diharapkan santri melakukan kemajuan-kemajuan ynag signifikan di masyarakat dengan memolesnya dengan bersamaan ilmu agama kerana pada kenyataannya di masyarakat tidak bisa dipungkiri bahwa tidak bisa semua santri menjadi ulama maka perlulah pembekalan terhadap santri melalui pengembangan ekonomi.
Oleh karena itu, diharapkan setelah lulus dari pondok pesantren santri dapat mengajarkan dan mengamalkan ilmunya selain ilmu agama tetapi juga bisa mengamalkan ilmu ekonomi yang telah didapatkan sehingga di sinilah peran santri dalam jihad memerangi kemiskinan melalui pemberdayaan ekonomi masyarakat.
Peran ini memang bukanlah peran yang mudah bagi santri karena santri biasanya hanya identik dengan kegiatan-kegiatan keagamaan saja. Tugas memberdayakan ekonomi di masyarakat bisa dikatakan menjadi tugas baru bagi santri karena bisa kita lihat bahwa sekarang ini kondisi ekonomi Indonesia masih banyak terjadi kemiskinan dan kesenjangan sosial dimana-mana. Walaupun demikian peran ini memang tidaklah mudah bagi pesantren karena hal ini menjadi sebuah tantangan tersendriri bagi pesantren untuk mengubah dakwah yang awalnya menitikberatkan pada cara bil lisan menjadi pola dakwah bil hal yang berada di tengah-tengah masyarakat yang saat ini kondisinya semakin kompleks.
Oleh: Oktimatul Amanah
Add Comment