karya santri Puisi

Puisi Kemerdekaan

Jika Saja Mereka Boleh Bicara: “Kemana Hilangnya Patriotisme?”

Oleh : Nufi Asii Fairuziyyah

Jika saja,

– mulut ruh pahlawan itu tidak lagi dibekap kematian,

Ia akan bangkit nan berseru.

Menuliskan puisi dengan tinta darah;

“Yang ku tahu ini bukan lagi tahun 1945.

Bukan lagi zaman bangsawan pribumi

Bukan lagi bangsa kolonial yang penuh teriakan siksa,

‘Tapi mengapa masih benar dikata belum merdeka?’

 

Kami ingat jelas,

Puluhan senapan di balik gardu itu melejit,

Sangkakala penyiksaan terus menderma telinga, dibiarkannya daging kami terlepas dari tulangnya, merangkak penuh luka,

-mencari cara agar pewaris bangsa nantinya menikmati tanah merdeka.

 

Demi tanah Indonesia, kami mati,

Demi bertahan hidup, kami meminum tumpahan darah kami sendiri,

Sedang manusia kini? Mereka payah.

Kitab-kitab moral tercecer, ratusan kekuasaan kotor terlepas dari sampulnya,

Kemunafikan yang dilegalkan, budaya yang teremehkan, patriotisme yang dilecehkan,

Tanah yang dulunya mati-matian diperjuangkan merdeka;

– sekarang justru diliarkan oleh oknum-oknum tikus.

Para perampok uang negara dibiarkan berpesta hura-hura

 

Mereka mengira pahlawan abad lalu sudah benar-benar mati,

Meskipun nyatanya ruh kami mengetahui,

 

Maka nak, pergilah ke ujung samudra!

Benahi kekeliruan idealism,

Lambaikan ambisi. Jemput gagasan.

Taklukkan!

Tunjukkan pada dunia bahwa Indonesia; adalah bangsa yang hebat,

Jangan hanya mengharumkan makam kami,

Tapi harumkan bangsa kita; menjamah tanpa menjajah!

 

Maka jika ruh kami boleh bicara,

“Usirlah mereka iblis-iblis penghancur bangsa!

Rawat kampung kecil itu dan

– jaga bumi kota yang rakyat puja-puji itu,

Tubuh kami memang berbaring di makam,

Namun kami tidak hendak tertinggal menyaksikan bisu kekejaman nan kemajuan bangsa Indonesia sekarang.

 

Kedua mata kami memang sedang tertutup,

– tapi jika bangsa ini dikotori; tangisan kami akan bergema,

Tubuh kami memang sisa belulang,

– namun doa-doa untuk menyelamatkan bangsa dari bawah tanah ini berharap didengar Tuhan.

Jasad kami memang telah mati. Tapi demi bisa menyaksikan penerus bangsa yang berjuang untuk patriotism; Maka kami akan hidup selamanya’”

 

Ingat,

Bahwa pahlawan bangsa ini tidak pernah mati,

Mereka masih hidup,

– mengawasi di antara tugas kalian sebagai keturunan mereka; generasi penerus bangsa.

 

 

Panggung tanpa runtuh

Oleh : Qoriah Muzayyanah

 

Di tengah peliknya kehidupan

Para perempuan mulai merajut pengetahuan

Dipangkuanmu, mereka bergelut dengan pemikiran

Berdiri diatas tanah penjajahan

Kau tak pernah takut

Meski teriakan terus menggema

Dari mulut para koloni tiran

Kau terus maju, menggenggam sebuah buku

Dengan lantang menyuarakan kebebasan

Kau berjuang diatas panggung tanpa runtuh

Menebar ilmu tanpa takut akan peluru

Dengan tekat mewujudkan

“perempuan pendukung peradaban”

Jika dulunya hanya diam dalam gubuk kami

Menjadi pesuruh di huniannya sendiri

Namun kini semua telah berubah

Karena perjuangan mu mewujudkan hak-hak kami

Kau langkahkan kakimu ke depan

Maju, berselimut keberanian

Berjuang demi kesetaraan

Martabat seluruh perempuan

Perjuanganmu kan selalu dikenang

Dari malam yang gelap gulita

Lalu lahirlah pagi yang teramat indahnya

 

JUANG KEMERDEKAAN

Oleh : Erlien Putri Larasati

 

Hancur berkeping tulang belulangmu

Simbah darah penuhi ragamu

Peluh mengalir banjiri sandangmu

Kau korbankan waktu bahkan nyawamu

Demi usir penjajah yang usik negerimu

 

Tak sedikit bunga bangsa ditahan dalam bui

Diperangkap dalam jeruji besi,

Diasingkan di pelosok negeri

Nan silih berganti nestapa menghampiri

Tertatih bangkit kau berjuang melawan perih

 

Tekatnya sungguh kuat

Semangatnya tak lantas hambat

Tak kenal rasa penat

Tak mengerti apa itu sambat

Demi tegaknya NKRI yang hebat

Demi kibaran eloknya Sang Saka di bumantara

Dengan latar apiknya cakrawala

Demi lantunan indahnya Indonesia Raya

Demi proklamasi kemerdekaan bangsa kita

 

Kini, semoga pertiwi senantiasa merdeka

Perlawanan penjajah yang tlah sirna

Jua dari bedebah yang buta kuasa

Tak lagi Indonesia Raya, Pancasila,

Pun UUD 45, s’bagai simbolis belaka

 

Saatnya anak bangsa menabuh genderang

Teruskan jerih payah usaha bunga bangsa

Hempaskan asusila tak lantas ambang

Merdeka Indonesia! Jayalah Sang Saka!

About the author

Redaksi PP Al-Fattah

Redaksi PP Al-Fattah

Website dikelola oleh tim redaksi Pondok Pesantren Al-Fattah

Add Comment

Click here to post a comment

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.