Masa ini, masih diantara orang-orang menulis rindu di kening dan mengetuknya di pintu langit. Diam mendamba sang maha Cinta, riuh dalam sujud tuk bersua dalam bisik do’a.
Ya muqolibal qulub,
Ketika hati beralih pada lentera tak bertuan. Cambuklah diri yang tak ingat,
Bagaimana lembut tutur-Mu tersirat dalam sang furqon.
Bagaimana ia menjadi cahaya dari masa ke masa.
Bagaimana ia enggan terjamah ketika diri sibuk merindu sang makhluk.
Ia memberi punishment pada siapa-siapa yang berpaling.
Meski bening basah menganak sesak, ia abai. Ia tak ingin tergenggam, huruf-hurufnya berkeliaran.
Aku mendua dan ia pun kecewa.
(Diantieahha, solo17)
Add Comment