Perdamaian dunia memiliki arti penting bagi kemajuan setiap negara. Melalui perdamaian dunia, hubungan internasional antarnegara akan terjalin dengan baik sehingga setiap negara mampu memenuhi seluruh kebutuhan guna menjamin kelangsungan hidup serta kemajuan bernegara. Berdasarkan artikel yang dimuat dalam surat kabar, saat ini dunia sedang menghadapi tantangan besar megenai isu keamanan internasional, penyusunan undang-undang di era digital, dan kerja sama parlemen (Tribunnews, 2019).
Berkaitan dengan hal tersebut, santri dan pesantren dinilai mampu menjadi juru damai terhadap permasalahan yang ada. Menurut Direktur Pendidikan Diniyah dan Pondok Pesantren Kementerian Agama (Kemenag), Ahmad Zayadi mengatakan bahwa santri-santri dari Indonesia sudah tersebar diberbagai negara di dunia dan salah satunya melalui Program Beasiswa Santri Berprestasi (PBSB). Menurut beliau, jumlah lulusan PBSB sudah lebih dari 287 lulusan sehingga diharapkan dapat menyampaikan pesan-pesan dan nilai-nilai pesantren di luar negeri serta memperkenalkan budaya pesantren oleh santri dalam konteks perdamaian dunia (Republika, 2019).
Isu perdamaian yang muncul diangkat berdasarkan fatwa bahwa pesantren disebut sebagai laboratorium perdamaian karena merupakan tempat untuk belajar dan mengajarkan islam yang rahmatan lil ‘alamin, islam ramah, dan islam moderat. Menurut Ahmad Zayadi, isu-isu perdamaian dunia dapat dibangun berdasarkan tradisi akademik pesantren, tradisi budaya pesantren, dan tradisi-tradisi universal yang selama ini ada di pesantren (Republika, 2019).
Dewasa ini, pesantren menjadi sorotan ketika para pakar melakukan perbincangan mengenai praktik pendidikan karakter. Hal tersebut dikarenakan terdapatnya bukti nyata bahwa pesantren mampu menanamkan pendidikan karakter kepada para santri dengan baik meliputi penanaman budaya kejujuran, budaya sopan santun, budaya ta’dhim kepada seorang guru, budaya toleransi antar sesama, budaya gotong royong dan tolong menolong, serta budaya bermasyarakat sehingga pesantren benar-benar disebut sebagai sub sistem yang dapat menjaga hubungan bermasyarakat dan perwujudan dari hablunminannas (hubungan antara manusia dengan manusia).
Kehidupan santri di pesantren dididik secara ketat dan disiplin dalam menjalankan setiap kegiatan yang diselenggarakan seperti kegiatan jamaah dan mengaji kitab-kitab agar setiap santri mampu menghargai setiap detik waktu yang tersisa. Selain itu, pembelajaran yang diberikan melalui kitab-kitab (seperti jenis kitab fiqih dan akhlak) bertujuan agar santri mengetahui dan mengamalkan setiap ilmu yang telah diterima sehingga para santri senantiasa menjaga hubungan dengan Allah (hablunminallah) juga hubungan antar-sesama manusia (hablunminannas).
Selain itu, santri di pesantren senantiasa terjaga dari pengaruh negatif globalisasi seperti minum-minuman keras dan perkembangan teknologi yang semakin canggih seperti smartphone yang dapat melalaikan atau mengganggu santri dalam menjalankan setiap kegiatan yang ada di pesantren dan bahkan mampu merusak moral para santri. Dengan sejumlah modal tersebut, tak heran apabila pesantren dan gaya hidup santrinya dijadikan sebagai acuan model kehidupan berbangsa dan bernegara karena telah berhasil membentuk kepribadian santrinya yang berbudi luhur serta berakhlakul karimah (Republika, 2019).
Santri dengan pesantren yang mengayominya telah menjalankan kehidupan dengan nilai-nilai luhur saat dunia kehilangan keteladanan dalam menjalani kehidupan sehari-hari yang baik dan berakhlak. Dengan demikian, sederet permasalahan ataupun tantangan yang sedang dihadapi oleh dunia dapat diatasi dengan cara menginternalisasikan gaya hidup santri kepada kehidupan berbangsa dan bernegara. Melalui hal tersebut, besar harapan kita kepada bangsa agar semakin mampu dalam berkontribusi aktif mewujudkan dunia yang damai dan beradab (Republika, 2019).
Referensi:
Di hadapan 132 Negara, Fadli Zon sebut Tantangan Perdamaian Dunia Semakin Kompleks. (2019, 2 Juli). Tribunnews.com. Diakses pada 12 Oktober 2019
Tekad Mewujudkan Santri Sebagai Pelopor Perdamaian Dunia. (2019, 2 Oktober). Republika.co.id. Diakses pada 11 Oktober 2019
Hari Santri 2019: Kiprah Santri untuk Perdamaian Dunia. (2019, 2 Oktober). Republika.co.id. Diakses pada 11 Oktober 2019
Oleh: Isnaini Nur Hidayati
Add Comment