Opini

Secuil Daya Tahan Batin untuk Ramadan di Tengah Pandemi

replubika.co.id

Oleh: Isnaini Nur Hidayati

Berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya, ramadlan tahun ini menjadi keprihatinan kita semua terhadap pandemiCorona Virus Disease 2019 (Covid-19) yang melanda lebih dari 200 negara di dunia. Pandemi yang terjadi semakin hari kian menyebar meskimasyarakat sudah melakukan berbagai upaya seperti mengenakan masker,menerapkanPola Hidup Bersih dan Sehat (PHBS), social distancing,bahkan sampai mengisolasi diri di rumah masing-masing.

Selain itu, pemerintah melalui Kementerian Agama secara resmi telah mengeluarkan Surat Edaran Nomor 6Tahun 2020 tentang Panduan Ibadah Ramadhan dan IdulFitri 1 Syawal 1441 H di Tengah Pandemi Wabah Covid-19. Surat edaran tersebut berisi tentang himbauan kepada masyarakat untuk melaksanakan kegiatan ibadah seperti shalat tarawih, tadarus, i’tikaf, hingga shalat Idul Fitri agar dilakukan di rumah masing-masing. Tak hanya itu saja, pemerintah juga menghimbau agar tidak mengadakan buka bersama, sahur on the road, dan kegiatan lainnyayang melibatkan banyak orangdengan tujuan untuk memutus mata rantai penyebaran covid-19 (Kemenag.go.id, 2020)

Surat edaran tersebut menjadikanbanyak hal yang biasa dilakukan saat bulan ramadlan, namun tak dapat dilakukan untuk saat ini. Masjid-masjid yang biasanya penuh dengan jama’ah, kini menjadi sepi.Bahkan, ada beberapa masjid yang sampai ditutup. Masyarakat yang biasamengisi waktunya dengan mengikuti acara pengajian menjelang buka puasa, kini waktu mereka hanya diisi dengan urusan pribadi masing-masing.

Pandemi yang belum juga berakhir hingga datangnya ramadlan tahun ini, tak cukup jika kita hadapi dengan daya tahan fisik saja. Namun kita juga perlu melibatkan daya tahan batin, salah satunya dengan bersabar. Sabar merupakan sesuatu yang mudah kita ucapkan, namun sulit untuk diamalkan.Prof. Dr. KH. Nasarudin Umar, MA mengatakan bahwa terdapat tiga istilah menarik tantang sabar, yaitu al-shabir, al-mashabir, dan al-shabur. Ketiga istilah tersebut membentuk makna yang berbeda meskipun berasal dari satu akar kata yang sama, yaitu shabara.

Sabar dalam makna al-shabir adalah orang sabar yang memiliki kemampuanuntuk melawan ketika di dzalimi, namun dia lebih memilih untuk memaafkan. Kesabaran dalam tingkatan ini masih tergolong temporer sehingga sewaktu-waktu kesabaran tersebut dapat lenyap dari diri seseorang (Republika.co.id, 2012).

Tingkatan sabar yang lebih tinggi adalah al-mashabir. Kata al-mashabir memiliki arti orang yang kesabarannya bersifat permanen. Namun, jika ada yang berkata bahwa “sabar itu ada batasnya” atau“saya sudah bersabar dan saya sudah memaafkan, tapi saya tidak bisa melupakan kedzaliman yang menimpa diri saya”, maka orang tersebutbelum mencapai tingkatan al-mashabir.Namun,ketika seseorang sudah mampu memafkan dan melupakan perbuatan dzalim orang lain terhadapnya, maka orang tersebut sudah mencapai tingkatan al-mashabir (Republika.co.id, 2012).

Tingkat kesabaran yang paling tinggi adalah al-shabur. Al-shabur merupakan salah satu sifat yang dimiliki Allah dan terletak di paling akhir dalam asmaul husna sehingga tingkatan ini hanya berlaku untuk Allah dan tidak tidak mungkin dapat dilakukan oleh hamba-Nya. Allah disebut sebagaial-shabur karenaIa tak pernah terpengaruh dengan tingkah laku hamba-Nya dan selalu bersedia memaafkan meski sekufur atau sedzalim apapun hamba-Nya (Republika.co.id, 2012).

Ketika seseorang menjalani suatu musibah, katakanlah musibah covid-19 yang menimpa dirinya atau keluarganya dan ia tetap bersabar menerima musibah tersebut secara sukarela serta penuh keridloan terhadap Allah SWT, maka orang ini disebut al-mashabir(Republika.co.id, 2012). Namun, yang perlu kita garis bawahi adalah pada tingkat manapun kesabaran yang kita miliki harus selalu kita sertakan dalam kehidupan sehari-hari karena kita tak akan pernah mencapai puncak apabila tak mau menapakkan kesabaran mulai dari hal kecil.

Himbauannya adalah mari kita tanamkan kesabaran dalam diri kita masing-masing untuk menjalankan ibadah ramadlan di tengahpandemicovid-19 yang sedang melanda dunia sampai saat ini. Tak hanya sabar dalam menjalankan ibadah ramadlan, namun juga sabar dalam menjalankan protokol kesehatan yang ditetapkan oleh pemerintah guna menjaga diri dan menghindari bahaya bagi diri sendiri maupun orang lain. Hal itu juga bertujuan agar puasa yang kita jalankan selama ramadlan tak hanya bernilai ibadah saja, namun juga bernilai sosial (Liputan6, 2020).

Wallahu a’lam..

Referensi

Akhmad, Chairul. (2012). Antara Al-Shabir, Al-Mashabir, dan Al-Shabur (2). Republika.co.id.Diakses pada 14 Mei 2020.

Akhmad, Chairul. (2012). Antara Al-Shabir, Al-Mashabir, dan Al-Shabur (3). Republika.co.id.Diakses pada 18 Mei 2020.

Ceramah Prof. Dr. KH. Nasarudin Umar, MA. di Stasiun Televisi TVRI (sebagai pengganti acara sholat jumat) pada 8 Mei 2020 pukul 12.00-13.00.

Priyasmoro, Muhammad Radityo. (2020). Ma’ruf Amin: Puasa Bisa Melatih Kesabaran Menghadapi Pandemi Corona. Liputan6.Diakses pada 19 Mei 2020.

Surat Edaran Nomor 6 Tahun 2020 tentang Panduan Ibadah Ramadhan dan IdulFitri 1 Syawal 1441 H di Tengah Pandemi Wabah Covid-19. Kemenag.go.id. Diakses pada 19 Mei 2020.

About the author

Redaksi PP Al-Fattah

Redaksi PP Al-Fattah

Website dikelola oleh tim redaksi Pondok Pesantren Al-Fattah

Add Comment

Click here to post a comment

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.